IT sistem sebagai alat meningkatkan bisnis atau …

Kemarin merupakan hari yang menakjubkan. Dalam satu hari saya berinteraksi dengan dua perusahaan, tentunya saya sebagai pelanggan. Pertama-tama adalah menerima telp dari salah satu bank asing terbesar yang ada di Jakarta, dan yang lainnya adalah saat makan malam di sebuah rumah makan bersama beberapa rekan.

10:30 pagi, saya menerima telp dari bank asing tersebut yang menawarkan atau lebih tepatnya “memaksa” untuk meng-‘upgrade’ kartu kredit saya secara gratis agar saya bisa mendapatkan berbagai fasilitas tambahan. Saya tolak dengan sopan tawaran yang menarik tersebut karena saya rasa saya tidak memerlukan fasilitas-fasilitas tersebut.

15:30  saya kembali menerima telp dari bank yang sama namun berbicara dengan orang yang berbeda. Sebelum saya sempat berkata “tidak”, staff penjualan yang ada di seberang telepon sudah langsung berbicara panjang lebar menerangkan tentang hal yang sama yang dilakukan oleh staff yang berbeda pada pagi harinya.

Sebenarnya beberapa bulan terakhir ini sarapan pagi dan snack sore saya adalah menerima telp dari bank yang sama , menawarkan program yang sama, dari staff penjualan yang berbeda. Walaupun berulangkali saya katakan “tidak” dan “memohon-mohon” untuk tidak menawarkan produk apapun lagi, namun tetap saja bank asing itu dengan gigihnya berusaha “merayu”.

Seorang rekan kerja menjelaskan kemungkinan besar Call Center System dan IT system yang dipergunakan bank tersebut sangat canggih sehingga staff penjualannya bahkan tidak perlu mencari data saya, melainkan secara otomatis saya akan diposisikan sebagai prospek dan sistem menunggu giliran saya untuk di telepon secara otomatis. lalu apabila tersambung secara otomatis akan di forward ke team sales yang sedang “idle”, dari sana pada layar monitor team sales akan otomatis pula keluar data-data saya. Pada prinsipnya mereka tinggal membaca saja. Mungkin ada benarnya sehingga mereka bisa hampir tiap hari menghubungi saya pada jam-jam yang hampir sama.

Hanya apakah dengan cara mereka menghubungi saya setiap hari, menjadikan saya menerima apa yang ditawarkan? diskusi ini mungkin lebih asik dengan ahlinya sales. Namun setelah bolak balik dihubungi terus menerus, alih-alih saya menerima program “upgrade” yang ditawarkan, saya malah memutuskan untuk menutup kartu kredit saya dan berjanji tentunya dengan diri sendiri untuk tidak berhubungan dengan bank yang canggih tersebut. Mengapa? karena saya merasa setelah bolak balik saya minta mereka tidak menghubungi saya kembali untuk menawarkan program macam-macam, kelihatannya sistem mereka sangat “bullet proof” atau canggih dan tidak mempan, sehingga tetap saja menghubungi saja. Nah dengan menutup atau memberhentikan semua keanggotaan saya, harapan saya sistem mereka yang canggih berhenti menghubungi saya, mungkinkan?

19:30, makan malam bersama beberapa rekan yang sudah lama tidak bertemu rasanya waktu yang paling menyenangkan, sambil saling bertukar informasi. Karena terlalu seru kami berdiskusi salah satu dari kami memesan 5 porsi nasi putih, pada saat makanan mulai dihidangkan, seorang rekan baru menyadari kalo dia sedang mengikuti program diet dan menghindari nasi. Namun yang mengherankan pada saat kami meminta untuk membatalkan nasi ke 5 yang akan dihidangkan, staff sales nya berkata “Tidak bisa dibatalkan karena sudah masuk kedalam SISTEM”. Wow luar biasa, rumah makan yang kelihatannya masih belum terlalu “mewah” sudah menggunakan sistem yang canggih sampai-sampai kami tidak bisa membatalkan apa yang kami order bahkan sebelum makanan tersebut “mendarat” di meja kami. Dengan sukacita akhirnya kami semua terpaksa membantu rekan yang sedang diet.

Dua pengalaman sehari-hari ini membuat kami yang katanya menyandang status sebagai “Consultant” berpikir? apakah kita benar-benar menggunakan sistem untuk kemajuan bisnis atau malah sebaliknya? Penggunaan sistem yang canggih atau malah sangat canggih dalam pengalaman saya bukannya menjadikan saya sebagai pelanggan yang lebih loyal atau lebih mendatangkan keuntungan untuk mereka, malah sebaliknya saya berjanji untuk tidak berhubungan lagi dengan mereka.

Semoga pengalaman ini bisa menjadi pelajaran dalam kita melakukan implementasi sistem ERP.