Biaya Software ERP: Lisensi, Implementasi, dan TCO

biaya-software-erp

Kita lanjut obrolan kita. Setelah di artikel sebelumnya kita paham apa itu software ERP, sekarang kita masuk ke pertanyaan paling sensitif, paling bikin penasaran, dan paling sering ditanyakan sambil berbisik:

“Berapa sih harga software ERP?”

Kalau ada vendor yang langsung menjawab pertanyaan ini dengan angka pasti di telepon tanpa bertanya detail bisnis Anda, saya sarankan Anda untuk waspada.

Menanyakan harga ERP itu bukan seperti menanyakan harga laptop di toko. Ini lebih mirip bertanya, “Berapa biaya membangun rumah?”

Jawabannya pasti, “Tergantung.” Tergantung luas tanahnya, mau berapa lantai, pakai marmer atau keramik, mau ada kolam renang atau tidak, dan siapa tukang yang mengerjakannya.

Begitu pula dengan ERP. Biayanya sangat bervariasi.

Artikel ini tidak akan memberi Anda satu angka pasti, karena itu mustahil dan tidak jujur.

Sebaliknya, artikel ini akan menjadi “peta harta karun” Anda untuk membongkar tuntas SEMUA komponen biaya ERP, termasuk biaya “gaib” yang sering tidak disebutkan di brosur.

Tujuannya agar Anda tidak kaget di tengah jalan dan bisa membuat anggaran yang realistis.

Mari kita bedah satu per satu.

Lupakan Harga di Brosur, Pahami Konsep TCO (Total Cost of Ownership)

Kesalahan fatal pemula adalah hanya membandingkan harga lisensi software. Padahal, itu baru puncak dari gunung es.

Dalam dunia IT, kita kenal istilah Total Cost of Ownership (TCO), yaitu total biaya yang Anda keluarkan sepanjang “hidup” software tersebut, dari awal pembelian sampai beberapa tahun ke depan.

Ini dia komponen-komponen yang membentuk TCO sebuah ERP.

1. Biaya Perangkat Lunak (Software): Beli Putus vs. Langganan?

Ini adalah biaya untuk “hak pakai” software itu sendiri. Modelnya ada dua:

  • Lisensi Permanen (Perpetual License)
    • Analogi: Seperti Anda membeli mobil. Bayar mahal sekali di depan, dan mobil (software) itu jadi milik Anda selamanya.
    • Cara kerja: Anda bayar sejumlah angka dikalikan jumlah pengguna. Misal, $2,000 per pengguna untuk 10 pengguna, maka Anda bayar $20,000 di muka.
    • Biaya Gaibnya: Walaupun sudah “milik sendiri”, Anda wajib membayar Biaya Perawatan Tahunan (Annual Maintenance Cost – AMC). Biasanya sekitar 18-22% dari harga lisensi awal. Biaya ini untuk mendapatkan update terbaru dan akses ke tim support. Tanpa ini, software Anda akan ketinggalan zaman dan tidak ada yang menolong jika ada masalah.
  • Langganan (Subscription / SaaS – Software as a Service)
    • Analogi: Seperti Anda nge-kos atau langganan Netflix. Bayar rutin per bulan atau per tahun selama Anda pakai.
    • Cara kerja: Anda bayar sejumlah angka per pengguna per bulan. Misal, $100 per pengguna per bulan untuk 10 pengguna, maka Anda bayar $1,000 setiap bulan.
    • Kelebihan: Biaya awal jauh lebih rendah dan lebih mudah diprediksi. Biaya ini biasanya sudah termasuk server, perawatan, dan update. Anda tidak perlu pusing soal infrastruktur. Ini model yang paling populer untuk ERP Cloud.

Tips: Untuk UKM yang cash flow-nya masih naik-turun, model langganan (SaaS) seringkali jauh lebih masuk akal. Investasi awal tidak mencekik leher.

2. Biaya Implementasi: “Ongkos Tukang” yang Bisa Lebih Mahal dari Bahannya

Ini adalah biaya yang paling sering membuat orang kaget. Implementasi adalah jasa dari konsultan vendor untuk “memasang” dan “menyetel” ERP agar sesuai dengan proses bisnis Anda.

  • Analogi: Anda sudah beli semen, pasir, dan batu bata (softwarenya). Biaya implementasi adalah ongkos untuk kuli dan mandor (konsultan) yang membangun rumahnya.
  • Apa saja yang dikerjakan?
    • Menganalisis proses bisnis Anda saat ini.
    • Mengkonfigurasi sistem ERP.
    • Membantu memindahkan data dari sistem lama (migrasi data).
    • Melatih pengguna Anda.
  • Perkiraan Biaya: Bersiaplah. Biaya implementasi bisa berkisar antara 1 hingga 3 kali lipat dari harga software-nya. Jika harga lisensi software Anda 200 juta, biaya implementasinya bisa jadi 200 juta, 400 juta, atau bahkan lebih, tergantung kerumitan bisnis Anda.
  • Tips: Selalu minta rincian penawaran implementasi dalam satuan man-days (jumlah hari kerja konsultan). Jadi Anda tahu persis apa yang Anda bayar.

3. Biaya Kustomisasi: “Jalan Tol” yang Sangat Mahal

Kadang, ada proses bisnis di perusahaan Anda yang sangat unik dan tidak bisa diakomodasi oleh fitur standar ERP. Solusinya adalah kustomisasi (membuat program tambahan).

  • Peringatan Keras: Kustomisasi adalah lubang hitam biaya. Semakin banyak modifikasi, semakin mahal biayanya. Parahnya lagi, setiap kali software utama di-update, program kustom Anda berisiko tidak berfungsi dan butuh biaya tambahan untuk penyesuaian.
  • Tips: Sebisa mungkin, adaptasikan proses bisnis Anda mengikuti alur kerja standar (best practice) dari ERP. Jangan sebaliknya. Lakukan kustomisasi hanya jika benar-benar terpaksa dan menjadi keunggulan kompetitif utama bisnis Anda.

4. Biaya Infrastruktur (Khusus On-Premise)

Biaya ini hanya muncul jika Anda memilih model lisensi permanen (On-Premise).

  • Apa saja isinya? Biaya pembelian server yang kuat, lisensi database (misal: Microsoft SQL Server), perangkat jaringan, ruang server yang aman dan ber-AC, serta biaya listrik yang lebih tinggi. Totalnya bisa puluhan hingga ratusan juta rupiah.
  • Kabar Baik: Biaya ini nol besar jika Anda memilih model Cloud/SaaS, karena semua sudah ditanggung oleh vendor.

5. Biaya Pelatihan & Manajemen Perubahan

  • Analogi: Beli mobil Ferrari tapi tidak bisa nyetirnya. Percuma.
  • Software ERP secanggih apapun tidak akan berguna jika karyawan Anda tidak tahu cara pakainya atau bahkan menolak untuk memakainya. Anggarkan biaya untuk pelatihan yang layak. Jangan pelit di pos ini!

Contoh Simulasi Biaya: Cloud vs. On-Premise

Contoh Simulasi Biaya Cloud vs On-Premise

Mari kita buat simulasi kasar untuk sebuah UKM distributor dengan 15 pengguna.

  1. Skenario 1: ERP Cloud (Langganan/SaaS)
    • Biaya Langganan: 15 user x Rp 1.500.000/user/bulan = Rp 22.500.000 / bulan.
      • Total Biaya Software per Tahun: Rp 270.000.000
    • Biaya Implementasi (asumsi 60 man-days @Rp 3.000.000): Rp 180.000.000
    • TOTAL BIAYA TAHUN PERTAMA: Rp 270 juta + Rp 180 juta = Rp 450.000.000
    • Biaya Tahun Berikutnya: Hanya biaya langganan Rp 270.000.000 / tahun.
  2. Skenario 2: ERP On-Premise (Beli Putus)
    • Biaya Lisensi: 15 user x Rp 30.000.000/user = Rp 450.000.000 (bayar di muka)
    • Biaya Implementasi: Rp 180.000.000 (sama)
    • Biaya Infrastruktur (Server, dll): Rp 100.000.000 (estimasi)
    • TOTAL BIAYA TAHUN PERTAMA: Rp 450 juta + Rp 180 juta + Rp 100 juta = Rp 730.000.000
    • Biaya Tahun Berikutnya: Biaya Perawatan Tahunan (20% x Rp 450 juta) = Rp 90.000.000 / tahun.

Lihat perbedaannya? Model cloud jauh lebih ramah untuk cash flow di awal.

Kesimpulan

Mulai sekarang, jangan lagi bertanya, “Berapa harga ERP?”. Ubah pertanyaan Anda menjadi:

“Berapa Total Cost of Ownership (TCO) dari ERP ini untuk 3-5 tahun ke depan, dan apa saja rinciannya?”

Memahami semua komponen biaya ini adalah langkah krusial sebelum Anda meminta penawaran dari vendor. Dengan pengetahuan ini, Anda tidak akan mudah terjebak oleh janji manis harga murah di awal.

Untuk menyusun strategi pemilihan yang utuh, pastikan Anda membaca panduan utama kami: Panduan Lengkap Memilih Software ERP Terbaik untuk Bisnis Anda di 2025.

Pusing Menghitung Estimasi Biaya untuk Bisnis Anda?

Membuat anggaran ERP memang rumit. Setiap bisnis itu unik, dan partner yang baik tidak akan memberikan harga sebelum memahami kebutuhan Anda.

Jika Anda ingin mendapatkan gambaran biaya yang transparan dan sesuai dengan kondisi riil perusahaan Anda, tim konsultan di PT. Sterling Tulus Cemerlang siap membantu.

Mereka tidak hanya menjual software, tapi juga membantu Anda membedah proses bisnis untuk memberikan estimasi TCO (Total Cost of Ownership) yang jelas untuk implementasi SAP Business One.

Tidak ada biaya tersembunyi, tidak ada kejutan di tengah jalan. Dapatkan perhitungan yang jujur dan profesional.

Minta Estimasi Biaya Transparan dari Sterling Team Sekarang!

SAP Business One Indonesia